Malinau – Di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara, tepatnya di Desa Punan Gong Solok, terdapat sekelompok orang tua atau lanjut usia (Lansia) yang melestarikan kerajinan anyaman dari rotan.
Mereka akan berkumpul disalah satu rumah warga atau balai desa disaat waktu senggang untuk membuat kerajinan kedabang, topi dan seraung serta anjat atau tas khas suku Dayak.
Kerajinan yang sering dibuat dari rotan mula-mula mereka raut dan kemudian menjadi beberapa helai tipis, dibelah secara perlahan agar merata dan tidak putus.
Kemudian rotan yang sudah diraut halus lalu dianyam, tahapan pengayaman ini biasanya dilakukan oleh para wanita atau ibu-ibu.
Karena sudah terbiasa dan mewariskan ilmu dari para orang tua terdahulu, jari jemari mereka terlihat cekatan saat menganyam. Dan ketelitian hingga kerajinan seperti tas atau anjat terlihat rapi dan cantik.
Kegiatan ini menganyam ini mereka lakukan diwaktu senggang juga karena para lansia tidak lagi bisa keladan untuk bertani, sehingga memanfaatkan keahlian yang mereka miliki agar kerajinan anyaman rotan ini tetap lestari.
“Sebagai orang tua yang lanjut usia, inilah kerja kami membuat anjat, saung dan keranjang, karena kami tidak bisa lagi kerja di kebun dan di ladang, jadi inilah juga usaha kami”, ungkap seorang pengrajin bernama ibu Bendungao.
Senada dengan ibu Bendungao, Kepala Kepala Desa Punan Gong Solok, yonathan juga mengatakan, kegiatan yang dilakukan mayoritas para orang tua yang telah lansia saat ini lebih banyak membuat kerajinan secara berkelompok maupun sendiri-sendiri di rumah masing-masing.
“Mayoritas orang tua kami yang sudah tidak bisa beraktivitas di kebun maupun di ladang pertanian, mereka hanya melakukan aktivitas di rumah , yaitu sebagai pengrajin rotan, membuat anjat dan kedabang, dan produk yang dihasilkan dari rotan itu sendiri”, ujar Kades, Sabtu (05/07/2025).
Sementara itu untuk menunjang dan mendukung produktivitas pengrajin seperti ibu Bendungao dan para lansia lansia lainya, pemerintah desa Punan Gong Solok telah memberikan perhatian salah satunya dengan pengadaan alat anyam rotan.
“Pemerintah Desa mendukung para orang tua ini untuk terus melestarikan kerajinan mereka dengan diberikan bantuan alat raut rotan, sehingga dengan alat bantu ini ke depan dapat meningkatkan produktivitas kerajinan tangan para orang tua kami”, tuturnya.
Selain mengolah kerajinan dari rotan, mereka juga membuat dari tali plastik berbagai jenis keranjang dan tas.
Pemerintah desa sendiri juga membantu pemasaran kerajinan para lansia ini, baik melalui pameran yang digelar, seperti pada acara adat atau budaya dan ulang tahun Kabupaten serta Provinsi.
Dengan harapan apa yang dihasilkan bisa membantu perekonomian pengrajin dan keluarganya. Dimana setiap kerajinan yang mereka jual bervariasi mulai Rp 100 ribu, Rp 350 ribu hingga satu juta rupiah,tergantung tingkat kesulitan membuatnya. (ml)
Discussion about this post