NUNUKAN – Festival Kuliner Tradisional yang menjadi bagian dari perayaan HUT ke-26 Kabupaten Nunukan tak hanya menarik minat warga lokal, tapi juga mengundang kekaguman dari para pengunjung lintas etnis.
Salah satunya datang dari Mely, warga keturunan Tionghoa yang kini tinggal di Surabaya.
Mely mengaku baru pertama kali kembali ke Nunukan setelah sekitar 30 tahun. Ia merasa senang bisa ikut hadir dalam festival budaya yang menurutnya sangat berkesan.
“Saya sudah 30 tahun nggak ke Nunukan. Dulu kecil di sini, sekarang tinggal di Surabaya. Tapi diajak ikut sama komunitas Tionghoa di sini, jadi saya datang,” ujarnya dengan mata berbinar.

Mely antusias mencoba berbagai makanan tradisional dari berbagai daerah dan suku.
“Tadi saya makan sop tuang, habis itu makan pecel Jawa, terus kue bulan dari Chinese. Habis itu makan panada, enak banget. Terus minum cendol juga,” katanya sambil tersenyum.
Ketika ditanya mana yang jadi favorit, Mely tidak bisa memilih satu pun.
“Semuanya favorit. Bagi saya, makanan Indonesia itu makanan terenak. It’s the best,” ujarnya penuh semangat.
Ia pun membandingkan pengalaman ini dengan yang biasa ia temui di kota besar. Menurutnya, festival seperti ini justru terasa lebih istimewa ketika diadakan di daerah seperti Nunukan.
“Kalau di kota-kota besar, saya belum pernah ikut acara begini. Tapi di kota seperti Nunukan ini, justru bisa mengadakan festival sebesar ini, it’s the best! Dan saya pasti akan ikut kalau ada lagi,” ujarnya kagum.
Sebagai warga keturunan yang merasa punya ikatan dengan tanah kelahirannya, Mely berharap agar festival budaya dan kuliner seperti ini bisa terus diadakan setiap tahun.
“Untuk ke depan, semoga kegiatan seperti ini terus ada, dan bisa ditingkatkan lagi. Supaya semua orang bisa merasakan indahnya keberagaman budaya di Indonesia,” tutupnya.
Festival Kuliner Tradisional Nunukan memang tidak hanya menyuguhkan cita rasa dari berbagai suku, tapi juga mempertemukan banyak cerita, termasuk dari mereka yang sudah lama merantau, namun tetap merasa pulang lewat aroma, rasa, dan kehangatan budaya lokal. (*dv)











Discussion about this post