NUNUKAN – Jauhnya jangkauan pendistribusian bahan pokok dan barang penting (Bapokting) di berbagai wilayah di Kalimantan Utara, menjadi salah satu penyebab Inflasi.
Deputi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) Seno Endarto menyebut salah satunya Kabupaten Nunukan yang kini inflasi tertinggi kedua di Kaltara.
“Kami melihatnya di distribusi, Kita tau bahwa kondisi di kaltara itu kepulauan, dimana salah satunya Kabupaten Nunukan ada diatas dan untuk untuk mencapai beberapa wilayahnya memang membutuhkan pendistribusian dengan transportasi jalur laut atau jalur udara, Ini yang menjadi kendala,” terang Seno, di sela pembukaan Capacity Building Wartawan Tahun 2024 oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Utara di Bali, Selasa (21/05/2024).
“Sementara disisi lain kita pahami bahwa kaltara juga belum mencapai swasembada beras terkait dengan bapokting kita peroleh dari daerah lain maka transportasi itu menjadi peranan penting,” tambahnya.
Menurut Seno, pihaknya melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait seperti Bulog, BPS dan Pemda maupun Pemkot di Kaltara.
“Kita melakukan koordinasi dengan Bulog, BPS dan juga Pemda Nunukan dan Pemkot Tarakan serta pemerintah provinsi, terkait dengan distribusinya kalau kita melihat untuk MTM masih 24 persen, artinya tidak terlalu tinggi,” ujarnya.
Sementara ini dari data BPS, di Triwulan April 2024, inflasi Tarakan 0,58 persen (mtm), disusul Nunukan 0,28 persen (mtm), dan tanjung selor 0,03 persen (mtm), secara umum kaltara secara bulanan 0,39% (mtm) dan tahunan tercatat sebesar 2,47% (YoY), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,25% (mtm) atau tahunan 3,00% (YoY). Pada akhir tahun 2024, Inflasi Kalimantan Utara diperkirakan mencapai target di sekitar 2,5±1% (YoY).(DV*)
Discussion about this post