NUNUKAN- Sebagai bentuk mencegah dan menangkal segala bentuk gangguan kamtibmas baik berupa kejahatan maupun pelanggaran serta gangguan ketertiban lainnya, Satuan Samapta Polres Nunukan, Polda Kalimantan Utara, rutin melakukan patroli ke penjuru kota, hingga ke pinggiran.
Satuan Samapta ini dalam tugasnya selalu mengutamakan tindakan atau langkah preventif, mereka memiliki wewenang atau kuasa untuk menjalankan patroli ke daerah yang berisiko memunculkan tindakan criminal.
Namun dibalik itu ada fungsi sosial yang mereka jalankan di wilayah perbatasan Republik Indonesia dengan malaysia ini.
Berangkat dari keprihatinan akan anak-anak mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Kabupaten Nunukan yang banyak putus sekolah karena keterbatasan ekonomi orang tua mereka.
Samapta Polres Nunukan membuka kelas belajar gratis dilingkungan tempat tinggal anak-anak tersebut. Salah satunya Wahana Pendidikan Perbatasan (WPP) yang berada Kecamatan Nunukan Barat.
Tepatnya di Kampung Timur, Di RT 13, yang sebagian besar penduduknya warga eks atau mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang dulu dikenal dengan sebutan TKI, yang dideportasi secara massal pada tahun 2001-2002 silam.
Kasat Samapta Polres Nunukan, Akp I.Eka Berlin, menerangkan kedatangan ke lokasi ini tidak sekedar menyapa dan memberikan pelajaran tentang Bela Negara, juga memberikan motivasi agar anak-anak tidak buta aksara dan putus sekolah.
“Dengan menggunakan fasilitas lingkungan Seperti Posyandu dan Pos Kamling, ada sekitar tiga puluhan anak-anak putus sekolah belajar disini, dan anak-anak disini diajari baca tulis dan berhitung serta bermain sesuai usia mereka,” ujar Berlin.
Sementara bagi anak-anak sendiri yang bergabung di wahana pendidikan ini,khususnya yang sudah dibantu masuk sekolah sangat senang karena kini memiliki banyak teman, dan telah bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik seperti yang diungkapkan Fatiah salah seorang anak yang orang tuanya menjadi buruh tani rumput laut.
“ saya dan teman-teman disini dilari membaca menulis, dan saya kini sudah bersekolah kelas 3 SD berkat bantuan dari kakak-kakak dan pak polisi, saya pun kini juga makin banyak teman,” ungkat Fatiah.
Begitu pula yang dirasakan oleh warga khususnya ketua RT setempat, Januar, yang kini merasa kehadiran polisi di lingkungan mereka, kampung mereka menjadi lebih aman akan tindak kriminalitas.
“Alhamdulillah, kini anak-anak sudah banyak yang pandai membaca dan menulis, dan anak-anak yang umumnya orang tua mereka pekerja migran di Malaysia kini lebih diperhatikan dan lebih aman, mereka kini hanya bermain di sekitar tempat belajar gratis ini saja,” ungkap Januar.
Keberadaan kelas belajar gratis ini sangat membantu, membuat lingkungan pun menjadi aman karena adanya pihak kepolisian yang selalu hadir.
“Terlebih anak –anak disini merupakan anak-anak dari keluarga kurang mampu dan harus jauh dari orang tua setiap harinya,” imbuhnya.
Sementara itu Kapolres Nunukan, AKBP Taufik Nurmandia, menerangkan, didukung Samapta Polres Nunukan dan Dikelola Oleh Komunitas Wahana Pendidikan Perbatasan, sarana pendidikan disini seperti buku-buku juga diperoleh dari sumbangsih warga dan para donator.
“Dalam kepedulian sosial ini, Polres Nunukan juga memberikan bantuan sembako serta perlengkapan alat tulis bagi peserta didik mereka yang kurang mampu,” jelas Taufik Nurmandia.
Dengan hadirnya tempat belajar gratis dan perhatian khususnya bagi mereka kini diharapkan anak –anak terbebas dari buta aksara, sehingga anak –anak di perbatasan bisa menjadi anak-anak yang pandai dan berguna bagi negara kelak, Pungkas Taufik Nurmandia. (Mulya-Devy)
Discussion about this post